Sabtu, 21 Mei 2011

Pertirtaan Jalatunda








Di Gunung Penanggungan terdapat banyak peninggalan arkeologis, diantaranya Candi Naga I, Candi Naga II, Candi Siwa, Candi Bayi, Candi Shinta, Candi Pura, Candi Gentong, Candi Pendawa, Candi Balekambang, Candi Merak, Candi Lemari dan masih banyak lagi. Salah satu peninggalan arkeologis lainnya adalah Pertirtaan Jalatunda.

Pertirtaan Jalatunda terletak di lereng barat Gunung Penanggungan tepatnya di Dukuh Balekambang, Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Pertirtaan ini dibangun pada tahun 899 Saka oleh Raja Udayana. Berdasarkan perhitungan, pada saat itu Raja Udayana diperkirakan baru berusia 14 tahun.

Ada 2 cerita yang mengisahkan tentang Pertirtaan Jalatunda ini, yakni Cerita Mahabrata dan Cerita Katasaritsagara. Dalam Cerita Mahabrata, Pertirtaan Jalatunda dianggap melambangkan pengadukan lautan dalam cerita Amrtamanthana yang menceritakan proses mendapatkan air suci dengan menggunakan Gunung Mahameru yang dililit oleh Ular Batara Wasuki. Oleh karena itu, kolam Jalatunda disamakan dengan lautan, sedangkan teras dengan pancuran berbentuk silindris yang dililit seekor ular melambangkan bentuk Mahameru. Air yang keluar dari pancuran itu sendiri dianggap air suci atau Amrta.

Sedangkan Cerita Katasaritsagara menceritakan tentang pengasingan Udayana beserta Ibunya Mrgayawati di Gunung Udayaparwa. Ia diculik oleh seekor burung garuda dan dibawa ke puncak gunung. Di gunung itulah lahir Udayana. Setelah 14 tahun lamanya dalam pengasingan, Udayana kemudian bertemu kembali dengan ayahnya, Raja Sahasranika. Cerita ini dapat ditafsirkan dengan kisah pengungsian Udayana ke Jawa Timur ketika Bali sedang dilanda paralaya.

Di pertirtaan ini terdapat relief Sanskrit dengan tulisan ‘Gempeng’, ‘Udayana’ dan ‘Mrgayawati’. ‘Gempeng’ dapat diartikan dengan lebur, dikubur, wafat, hancur, sedih. Akhirnya ‘Gempeng’ ditafsirkan dengan melebur atau memotong karena Pertirtaan Jalatunda memotong lereng gunung dan melebur menjadi kesatuan dengan Gunung Penanggungan. Namun ada juga yang menafsirkannya dengan dikubur, wafat, sedih karena diduga di bawah kolam Pertirtaan ini tersimpan abu dari Raja Udayana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar