Hidup memang penuh dinamika.. Terkadang dinamika itu membuat kita excited, namun terkadang membuat kita drop. Saya sadar bahwa yang perlu kita lakukan adalah merespon berbagai dinamika yang ada dengan pikiran positif atau berpegangan pada asset-based thinking. Karena saya yakin ABT akan membawa kita menuju ke arah yang lebih baik.
Mudah memang untuk dikatakan namun sulit untuk dilakukan terlebih ketika tantangan yang kita hadapi membuat perasaan kita berada di titik terendah perasaan negatif. Situasi inilah yang saat ini sedang saya hadapi.
Namun, saya tidak akan menulis detil masalah itu disini. Saya tidak akan menuangkan semua gangguan di hati dan pikiran saya disini. Saat ini saya hanya ingin berdoa agar keputusan dan tindakan yang saya ambil memang betul-betul didasari pada ABT dan berharap semoga semuanya menuju ke arah yang lebih baik.
Live in Social Life
Yang menarik dari tempat-tempat di dunia ini adalah orang-orang di dalamnya. Berinteraksi dengan banyak orang dan dengan orang baru selalu membawa pembelajaran tersendiri yang tak ternilai harganya.
Senin, 08 Agustus 2011
Kamis, 16 Juni 2011
U.. U.. U.. U..
Hari ini saya ke Situ Patengan. Saya berjalan menyusuri jalur trekking hutan taman wisata alam mengelilingi danau. Di tengah perjalanan, lagi asik jalan, tiba tiba ada ular! Ular tanah, ularnya kecil, ga tau masih kecil atau memang ukurannya cuma segitu.
Saya phobia ular. Tapi waktu tadi ketemu ular, reaksi saya tidak terlalu berlebihan. Aneh juga kenapa reaksinya ga berlebihan. Biasanya saya langsung merinding, speechless, bahkan lari kabur entah kemana. Kali ini beda, saya justru penasaran ingin lihat seperti apa ularnya. Ya memang saya masih merasakan takut dan geli tapi reaksi saya tidak berlebihan.
Ya intinya U.. U.. U.. U.. Udah ga terlalu phobia bgt sama ular walaupun masih takut juga.. Hehe..
Saya phobia ular. Tapi waktu tadi ketemu ular, reaksi saya tidak terlalu berlebihan. Aneh juga kenapa reaksinya ga berlebihan. Biasanya saya langsung merinding, speechless, bahkan lari kabur entah kemana. Kali ini beda, saya justru penasaran ingin lihat seperti apa ularnya. Ya memang saya masih merasakan takut dan geli tapi reaksi saya tidak berlebihan.
Ya intinya U.. U.. U.. U.. Udah ga terlalu phobia bgt sama ular walaupun masih takut juga.. Hehe..
Senin, 30 Mei 2011
Refleksi Sore Hari #30052011
Manusia memang makhluk sosial. Apapun kita, tetap saja kita adalah bagian dari masyarakat. Bagaimana akhirnya kita bisa menjadi bagian dari masyarakat dan menjadi anggota masyarakat yang berkontribusi aktif ditentukan dari apa yang kita miliki.
Sedikit refleksi sore hari, saya menyadari bahwa segala pembelajaran sesungguhnya ada di masyarakat, bukan di sekolah atau di kampus. Semuanya ada di luar sana, di masyarakat. Interaksi kita dengan suatu tempat dan masyarakat di tempat itu pasti memberi kita pelajaran akan sesuatu, baik meningkatkan pengetahuan kita dan juga melatih keterampilan yang kita miliki. Masyarakat adalah ruang belajar yang sempurna bagi siapapun.
Senin, 23 Mei 2011
Wonosalam, (ternyata) Mimpi Yang Lama Terpendam
Waktu saya SMP, saya ingat setiap lebaran saya, adik-adik dan orang tua selalu mudik ke rumah Mbah di Pacet, Mojokerto, Jawa Timur. Satu hal yang saya ingat betul dari rumah Mbah adalah pemandangan alamnya yang luar biasa bagus! Di depan rumah puncak Gunung Welirang terlihat sangat jelas. Hanya tinggal menyebrang jalan aspal dan sungai, kita sudah berada di kaki Gunung Welirang.
Selain Gunung Welirang, saya juga sangat mengagumi pemandangan deretan pegunungan di jalan menuju rumah Mbah. Saya ingat sekali bahwa saya pernah mengambil gambar deretan pegunungan tersebut, mencetak fotonya hingga memajangnya di dinding kamar. Tentunya besar keinginan saya untuk bisa menginjakan kaki di deretan pegunungan tersebut.
Itu semua terjadi sekitar 13-15 tahun yang lalu. Sudah lama rasanya saya melupakan keinginan tersebut. Namun yang terjadi sungguh ajaib! Saya tahun ini benar-benar menginjakan kaki disana. Deretan pegunungan tersebut ternyata Wonosalam!
Sejak awal tahun saya memang sangat ingin pergi ke Wonosalam. Saya tertarik karena melihat foto dan mendengar cerita tentang Wonosalam dari Mas Amir, partners in crime saya. Dorongan pergi ke Wonosalam sangat kuat. Saya juga tidak mengerti alasannya. Saya hanya merasakan bahwa saya harus datang ke Wonosalam. Saya sama sekali tidak menyangka kalau Wonosalam itu ternyata deretan pegunungan yang dulu pernah sangat ingin saya kunjungi.
Ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Memang mimpi yang menjadi kenyataan.
Di Hutan mBeji Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam, bersama anak anak MA Faser |
Sabtu, 21 Mei 2011
Alat Mandi dan Baju Ketinggalan!
Kamis, 19 Mei 2011 saya berangkat ke Kupang (dari Surabaya). Kali itu tidak biasanya saya memasukkan tas ransel saya ke bagasi. Tas ransel ini berisi baju dan alat mandi, serta beberapa kotretan kerjaan saya. Benar saja! Tas ini tertinggal di Surabaya. Saya lama menunggu dibagian pengambilan bagasi tapi tas ransel saya tak kunjung muncul. Setelah Tanya ke petugas ternyata mungkin tertinggal di Surabaya atau salah loading. Karena saat itu saya harus segera ke Soe, sekitar 3 jam dari Kupang, akhirnya saya memutuskan untuk pergi tanpa ransel.
Peristiwa tertinggalnya ransel ini harus saya syukuri! Dengan tertinggalnya ransel, saya tidak harus mengangkut beban selama perjalanan ke desa Fatumnasi. Desanya jauh, di kaki Gunung Mutis. Ke kaki gunungnya saja perjalanannya sudah cukup menantang, apalagi sampai ke gunungnya.
Saya memang tidak bisa ganti baju dan mandi (tidak bisa atau tidak mau ya? Hehe..). Tapi itu tidak masalah karena akhirnya saya menyadari bahwa dalam perjalanan semacam ini ternyata yang dibutuhkan bukanlah baju, alat mandi, atau perlengkapan lainnya. Semua yang diperlukan ada di dalam diri kita. Bagaimana kita bersikap, bagaimana kita berinteraksi dengan masyarakat lokal, bagaimana kita manjaga diri sehingga bisa belajar dan mendapatkan banyak hal dari perjalanan ini. Satu hal yang pasti dibutuhkan adalah pengetahuan. Dengan pengetahuan yang sudah kita miliki sebelumnya, kita akan mampu menggali lebih banyak lagi pembelajaran selama perjalanan ini.
Pertirtaan Jalatunda
Di Gunung Penanggungan terdapat banyak peninggalan arkeologis, diantaranya Candi Naga I, Candi Naga II, Candi Siwa, Candi Bayi, Candi Shinta, Candi Pura, Candi Gentong, Candi Pendawa, Candi Balekambang, Candi Merak, Candi Lemari dan masih banyak lagi. Salah satu peninggalan arkeologis lainnya adalah Pertirtaan Jalatunda.
Pertirtaan Jalatunda terletak di lereng barat Gunung Penanggungan tepatnya di Dukuh Balekambang, Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Pertirtaan ini dibangun pada tahun 899 Saka oleh Raja Udayana. Berdasarkan perhitungan, pada saat itu Raja Udayana diperkirakan baru berusia 14 tahun.
Ada 2 cerita yang mengisahkan tentang Pertirtaan Jalatunda ini, yakni Cerita Mahabrata dan Cerita Katasaritsagara. Dalam Cerita Mahabrata, Pertirtaan Jalatunda dianggap melambangkan pengadukan lautan dalam cerita Amrtamanthana yang menceritakan proses mendapatkan air suci dengan menggunakan Gunung Mahameru yang dililit oleh Ular Batara Wasuki. Oleh karena itu, kolam Jalatunda disamakan dengan lautan, sedangkan teras dengan pancuran berbentuk silindris yang dililit seekor ular melambangkan bentuk Mahameru. Air yang keluar dari pancuran itu sendiri dianggap air suci atau Amrta.
Sedangkan Cerita Katasaritsagara menceritakan tentang pengasingan Udayana beserta Ibunya Mrgayawati di Gunung Udayaparwa. Ia diculik oleh seekor burung garuda dan dibawa ke puncak gunung. Di gunung itulah lahir Udayana. Setelah 14 tahun lamanya dalam pengasingan, Udayana kemudian bertemu kembali dengan ayahnya, Raja Sahasranika. Cerita ini dapat ditafsirkan dengan kisah pengungsian Udayana ke Jawa Timur ketika Bali sedang dilanda paralaya.
Di pertirtaan ini terdapat relief Sanskrit dengan tulisan ‘Gempeng’, ‘Udayana’ dan ‘Mrgayawati’. ‘Gempeng’ dapat diartikan dengan lebur, dikubur, wafat, hancur, sedih. Akhirnya ‘Gempeng’ ditafsirkan dengan melebur atau memotong karena Pertirtaan Jalatunda memotong lereng gunung dan melebur menjadi kesatuan dengan Gunung Penanggungan. Namun ada juga yang menafsirkannya dengan dikubur, wafat, sedih karena diduga di bawah kolam Pertirtaan ini tersimpan abu dari Raja Udayana.
Kamis, 05 Mei 2011
Tantangan
Selasa lalu saya mendapat sebuah tantangan. Ketika saya sudah menemukan kenyamanan dan kesenangan, tantangan itu hadir. Respon saya ketika mendapat tantangan tersebut: excited, bingung, sedih. Excited karena saya akan mengexpose diri saya terhadap sesuatu yang baru. Bingung karena belum tau apa yang akan dihadapi. Sedih karena takut kehilangan kenyamanan dan kesenangan yang baru mulai saya nikmati. Setelah diskusi dengan beberapa orang terkait, yakni orang -orang yang akan menerima imbas dari pilihan yang saya buat, akhirnya hari itu juga saya memutuskan untuk menerima tantangan itu.
Hari ini hari ke-2 saya menjalani dunia baru. Walaupun baru 2 hari, saya sudah mulai bisa melihat bahwa didepan sana akan ada banyak kesenangan dan hal baru yang akan saya alami. So, enjoy aja, ignite the light and let your colors burst!
Tantangan apakah yang dimaksud? Tunggu di postingan berikutnya ;)
Tantangan apakah yang dimaksud? Tunggu di postingan berikutnya ;)
Langganan:
Postingan (Atom)