Senin, 08 Agustus 2011

Mencoba ABT #1

Hidup memang penuh dinamika.. Terkadang dinamika itu membuat kita excited, namun terkadang membuat kita drop. Saya sadar bahwa yang perlu kita lakukan adalah merespon berbagai dinamika yang ada dengan pikiran positif atau berpegangan pada asset-based thinking. Karena saya yakin ABT akan membawa kita menuju ke arah yang lebih baik.

Mudah memang untuk dikatakan namun sulit untuk dilakukan terlebih ketika tantangan yang kita hadapi membuat perasaan kita berada di titik terendah perasaan negatif. Situasi inilah yang saat ini sedang saya hadapi.

Namun, saya tidak akan menulis detil masalah itu disini. Saya tidak akan menuangkan semua gangguan di hati dan pikiran saya disini. Saat ini saya hanya ingin berdoa agar keputusan dan tindakan yang saya ambil memang betul-betul didasari pada ABT dan berharap semoga semuanya menuju ke arah yang lebih baik.

Kamis, 16 Juni 2011

U.. U.. U.. U..

Hari ini saya ke Situ Patengan. Saya berjalan menyusuri jalur trekking hutan taman wisata alam mengelilingi danau. Di tengah perjalanan, lagi asik jalan, tiba tiba ada ular! Ular tanah, ularnya kecil, ga tau masih kecil atau memang ukurannya cuma segitu.

Saya phobia ular. Tapi waktu tadi ketemu ular, reaksi saya tidak terlalu berlebihan. Aneh juga kenapa reaksinya ga berlebihan. Biasanya saya langsung merinding, speechless, bahkan lari kabur entah kemana. Kali ini beda, saya justru penasaran ingin lihat seperti apa ularnya. Ya memang saya masih merasakan takut dan geli tapi reaksi saya tidak berlebihan.

Ya intinya U.. U.. U.. U.. Udah ga terlalu phobia bgt sama ular walaupun masih takut juga.. Hehe..

Senin, 30 Mei 2011

Refleksi Sore Hari #30052011

Manusia memang makhluk sosial. Apapun kita, tetap saja kita adalah bagian dari masyarakat. Bagaimana akhirnya kita bisa menjadi bagian dari masyarakat dan menjadi anggota masyarakat yang berkontribusi aktif ditentukan dari apa yang kita miliki.

Sedikit refleksi sore hari, saya menyadari bahwa segala pembelajaran sesungguhnya ada di masyarakat, bukan di sekolah atau di kampus. Semuanya ada di luar sana, di masyarakat. Interaksi kita dengan suatu tempat dan masyarakat di tempat itu pasti memberi kita pelajaran akan sesuatu, baik meningkatkan pengetahuan kita dan juga melatih keterampilan yang kita miliki. Masyarakat adalah ruang belajar yang sempurna bagi siapapun.

Senin, 23 Mei 2011

Wonosalam, (ternyata) Mimpi Yang Lama Terpendam

Waktu saya SMP, saya ingat setiap lebaran saya, adik-adik dan orang tua selalu mudik ke rumah Mbah di Pacet, Mojokerto, Jawa Timur. Satu hal yang saya ingat betul dari rumah Mbah adalah pemandangan alamnya yang luar biasa bagus! Di depan rumah puncak Gunung Welirang terlihat sangat jelas. Hanya tinggal menyebrang jalan aspal dan sungai, kita sudah berada di kaki Gunung Welirang.

Selain Gunung Welirang, saya juga sangat mengagumi pemandangan deretan pegunungan di jalan menuju rumah Mbah. Saya ingat sekali bahwa saya pernah mengambil gambar deretan pegunungan tersebut, mencetak fotonya hingga memajangnya di dinding kamar. Tentunya besar keinginan saya untuk bisa menginjakan kaki di deretan pegunungan tersebut.

Itu semua terjadi sekitar 13-15 tahun yang lalu. Sudah lama rasanya saya melupakan keinginan tersebut. Namun yang terjadi sungguh ajaib! Saya tahun ini benar-benar menginjakan kaki disana. Deretan pegunungan tersebut ternyata Wonosalam!

Sejak awal tahun saya memang sangat ingin pergi ke Wonosalam. Saya tertarik karena melihat foto dan mendengar cerita tentang Wonosalam dari Mas Amir, partners in crime saya. Dorongan pergi ke Wonosalam sangat kuat. Saya juga tidak mengerti alasannya. Saya hanya merasakan bahwa saya harus datang ke Wonosalam. Saya sama sekali tidak menyangka kalau Wonosalam itu ternyata deretan pegunungan yang dulu pernah sangat ingin saya kunjungi.

Ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Memang mimpi yang menjadi kenyataan.


Di Hutan mBeji Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam, bersama anak anak MA Faser

Sabtu, 21 Mei 2011

Alat Mandi dan Baju Ketinggalan!

Kamis, 19 Mei 2011 saya berangkat ke Kupang (dari Surabaya). Kali itu tidak biasanya saya memasukkan tas ransel saya ke bagasi. Tas ransel ini berisi baju dan alat mandi, serta beberapa kotretan kerjaan saya. Benar saja! Tas ini tertinggal di Surabaya. Saya lama menunggu dibagian pengambilan bagasi tapi tas ransel saya tak kunjung muncul. Setelah Tanya ke petugas ternyata mungkin tertinggal di Surabaya atau salah loading. Karena saat itu saya harus segera ke Soe, sekitar 3 jam dari Kupang, akhirnya saya memutuskan untuk pergi tanpa ransel.

Peristiwa tertinggalnya ransel ini harus saya syukuri! Dengan tertinggalnya ransel, saya tidak harus mengangkut beban selama perjalanan ke desa Fatumnasi. Desanya jauh, di kaki Gunung Mutis. Ke kaki gunungnya saja perjalanannya sudah cukup menantang, apalagi sampai ke gunungnya.

Saya memang tidak bisa ganti baju dan mandi (tidak bisa atau tidak mau ya? Hehe..). Tapi itu tidak masalah karena akhirnya saya menyadari bahwa dalam perjalanan semacam ini ternyata yang dibutuhkan bukanlah baju, alat mandi, atau perlengkapan lainnya. Semua yang diperlukan ada di dalam diri kita. Bagaimana kita bersikap, bagaimana kita berinteraksi dengan masyarakat lokal, bagaimana kita manjaga diri sehingga bisa belajar dan mendapatkan banyak hal dari perjalanan ini. Satu hal yang pasti dibutuhkan adalah pengetahuan. Dengan pengetahuan yang sudah kita miliki sebelumnya, kita akan mampu menggali lebih banyak lagi pembelajaran selama perjalanan ini.

Pertirtaan Jalatunda








Di Gunung Penanggungan terdapat banyak peninggalan arkeologis, diantaranya Candi Naga I, Candi Naga II, Candi Siwa, Candi Bayi, Candi Shinta, Candi Pura, Candi Gentong, Candi Pendawa, Candi Balekambang, Candi Merak, Candi Lemari dan masih banyak lagi. Salah satu peninggalan arkeologis lainnya adalah Pertirtaan Jalatunda.

Pertirtaan Jalatunda terletak di lereng barat Gunung Penanggungan tepatnya di Dukuh Balekambang, Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Pertirtaan ini dibangun pada tahun 899 Saka oleh Raja Udayana. Berdasarkan perhitungan, pada saat itu Raja Udayana diperkirakan baru berusia 14 tahun.

Ada 2 cerita yang mengisahkan tentang Pertirtaan Jalatunda ini, yakni Cerita Mahabrata dan Cerita Katasaritsagara. Dalam Cerita Mahabrata, Pertirtaan Jalatunda dianggap melambangkan pengadukan lautan dalam cerita Amrtamanthana yang menceritakan proses mendapatkan air suci dengan menggunakan Gunung Mahameru yang dililit oleh Ular Batara Wasuki. Oleh karena itu, kolam Jalatunda disamakan dengan lautan, sedangkan teras dengan pancuran berbentuk silindris yang dililit seekor ular melambangkan bentuk Mahameru. Air yang keluar dari pancuran itu sendiri dianggap air suci atau Amrta.

Sedangkan Cerita Katasaritsagara menceritakan tentang pengasingan Udayana beserta Ibunya Mrgayawati di Gunung Udayaparwa. Ia diculik oleh seekor burung garuda dan dibawa ke puncak gunung. Di gunung itulah lahir Udayana. Setelah 14 tahun lamanya dalam pengasingan, Udayana kemudian bertemu kembali dengan ayahnya, Raja Sahasranika. Cerita ini dapat ditafsirkan dengan kisah pengungsian Udayana ke Jawa Timur ketika Bali sedang dilanda paralaya.

Di pertirtaan ini terdapat relief Sanskrit dengan tulisan ‘Gempeng’, ‘Udayana’ dan ‘Mrgayawati’. ‘Gempeng’ dapat diartikan dengan lebur, dikubur, wafat, hancur, sedih. Akhirnya ‘Gempeng’ ditafsirkan dengan melebur atau memotong karena Pertirtaan Jalatunda memotong lereng gunung dan melebur menjadi kesatuan dengan Gunung Penanggungan. Namun ada juga yang menafsirkannya dengan dikubur, wafat, sedih karena diduga di bawah kolam Pertirtaan ini tersimpan abu dari Raja Udayana.

Kamis, 05 Mei 2011

Tantangan

Selasa lalu saya mendapat sebuah tantangan. Ketika saya sudah menemukan kenyamanan dan kesenangan, tantangan itu hadir. Respon saya ketika mendapat tantangan tersebut: excited, bingung, sedih. Excited karena saya akan mengexpose diri saya terhadap sesuatu yang baru. Bingung karena belum tau apa yang akan dihadapi. Sedih karena takut kehilangan kenyamanan dan kesenangan yang baru mulai saya nikmati. Setelah diskusi dengan beberapa orang terkait, yakni orang -orang yang akan menerima imbas dari pilihan yang saya buat, akhirnya hari itu juga saya memutuskan untuk menerima tantangan itu.

Hari ini hari ke-2 saya menjalani dunia baru. Walaupun baru 2 hari, saya sudah mulai bisa melihat bahwa didepan sana akan ada banyak kesenangan dan hal baru yang akan saya alami. So, enjoy aja, ignite the light and let your colors burst!

Tantangan apakah yang dimaksud? Tunggu di postingan berikutnya ;)

Rabu, 27 April 2011

My #Firework

Hari ini saya berproses menjadi fasilitator dalam sebuah workshop untuk teman-teman NGO yang bekerja dalam program pemberdayaan pemulung. Dari proses ini saya menyadari bahwa skill fasilitasi yang saya miliki merupakan satu kekuatan yang ada dalam diri saya.

Saya mulai menjadi fasilitator sejak tahun 2003 ketika saya memiliki adik angkatan yang harus saya bina agar mereka menjadi mampu. Sejak saat itu saya terus konsisten menjadi fasilitator dan tanpa saya sadari ternyata selama ini saya sudah belajar banyak hal. Ada banyak kemajuan dalam diri saya yang sudah sepatutnya saya apresiasi.

Momen ini memberi kesempatan bagi saya untuk berefleksi. Memfasilitasi adalah saat dimana kita diberi kesempatan untuk membuat orang lain menjadi bisa, menjadi berkembang dan menemukan hal baru dalam hidupnya. Memfasilitasi adalah bukan mengenai fasilitator. Ketika memfasilitasi, peserta adalah fokus utama. Proses yang ada bukan hanya sekedar menyampaikan materi seperti menuangkan air ke dalam gelas. Memfasilitasi adalah membantu peserta untuk berproses menuju suatu pembelajaran dan menghasilkan lesson learned yang konkrit. Adalah peran fasilitator untuk membantu peserta terlibat dalam proses dan berkembang bersama termasuk juga peserta yang resisten.

Memfasilitasi permainan ice breaking dan team building. Ternyata skill ini merupakan skill yang unik yang jarang dimiliki oleh kebanyakan orang. Saya mulai kenal dengan berbagai jenis permainan ini sejak tahun 2005 dan sejak saat itu ternyata saya sekarang menyadari bahwa saya sudah banyak berkembang. Ini merupakan salah satu skill yang harus juga saya apresiasi karena ternyata skill ini berkontribusi pada kesuksesan pada suatu kegiatan.

Dengan memiliki kedua skill tersebut, tantangan saya berikutnya adalah bagaimana menggunakan skill-skill tersebut untuk membuat orang menjadi lebih berdaya.

Selasa, 26 April 2011

Ignite My #Firework

Kemarin saya posting mengenai lagu #Firework yang sangat menginspirasi saya. Hari ini saya merasakan bagaimana lagu tersebut memberi kekuatan kepada saya hingga akhirnya berhasil menjawab tantangan.

Tantangan yang saya hadapi hari ini adalah saya harus memfasilitasi teman-teman NGO yang terlibat dalam program pemberdayaan pemulung. Selama setahun terakhir teman-teman NGO ini telah memulai kegiatannya dan berinteraksi dengan pemulung.

Dalam workshop ini saya mendapat kesempatan memfasilitasi teman-teman NGO untuk menggali dan refleksi mengenai Empati Sosial terkait Pemulung yang paling menggetarkan hati, potensi kekuatan dan peluang dan visi perubahan. Sesi ini saya kemas dalam sebuah proses Unleash The Changemakers in You.

Lagu #Firework sangat berkontribusi pada keberhasilan saya kali ini. Sejak Minggu malam hingga saat workshop berlangsung saya terus menerus memutar lagu #Firework dan hasilnya adalah ketika The Show time #Firework saya tersulut. Inilah yang kemudian memberi kekuatan bagi saya untuk menjawab tantangan yang ada selama proses fasilitasi.

Ada banyak tantangan sebenarnya mulai dari peserta yang belum open-minded, belum terbiasa melibatkan otak kanan dalam proses berpikir, belum terbiasa mengalami proses workshop yang fun dan nge-pop, dan masih banyak lagi tantangan yang ada.

Sebelum The Show time, Agni, teman satu tim di program Ashoka Young Changemakers, mengingatkan saya via skype bahwa kita harus tetap mengapresiasi peserta. Ini juga yang saya terapkan dalam workshop kali ini. Saya selalu berusaha untuk mengapresiasi peserta apapun pendapatnya, apapun pendapatnya.

Gabungan lagu #Firework dan Apresiasi menghasilkan situasi yang melebihi ekspektasi saya. Peserta yang belum open-minded berubah dan akhirnya terlibat dan mendukung proses. Peserta lainnya menikmati proses dan berhasil menunjukkan bahwa mereka mampu melihat pemulung dengan pendekatan asset-based thinking.

#Firework has ignited my firework.

Do you ever feel already buried deep? Six feet under screams but no one seems to hear a thing. Do you know that there's still a chance for you. 'Cause there's a spark in you?
You just gotta ignite the light and let it shine. Just own the night like the 4th of July

'Cause baby, you're a firework. Come on, show 'em what you're worth
Make 'em go "oh, oh, oh". As you shoot across the sky-y-y
Baby, you're a firework. Come on, let your colors burst
Make 'em go "oh, oh, oh". You're gonna leave 'em all in awe, awe, awe

Maybe you're reason why all the doors are closed so you could open one that leads you to the perfect road.

Senin, 25 April 2011

#Firework

Kemarin (24 April 2011) saya bersama Agni dan Retha memfasilitasi workshop Dream it Do it untuk para volunteers Indonesian Future Leaders (IFL) di Taman Mini Jakarta. Workshop kali ini sungguh sangat berbeda dan inspiratif. Beda gimana? Kali ini Retha gabung jadi fasilitator, untuk yang pertama kalinya!

Pada awal Maret lalu saya dan Agni memfasilitasi Dream it Do it facilitator training Retha dan teman-teman Club SPEAK. Retha cerita kalau ia sangat passionate dengan anak muda, bersemangat dan berbinar ketika memfasilitasi dan melihat anak muda menggunakan potensinya untuk masyarakat sekitar. Passionnya lah yang akhirnya membawanya pada Vibrant Trainingnya Inspirit pada pertengahan Maret lalu.

Retha pulang dengan membawa jutaan semangat, inspirasi dan ide yang kemudian ia tuangkan dalam bentuk pengembangan sesi dalam workshop Dream it Do it. Inovasi inilah yang ia bagikan kepada saya, Agni dan teman-teman IFL kemarin.

Salah satu yang sangat berkesan bagi saya adalah lagu Firework -Katy Perry. Video klip dan liriknya sangat sangat sangat menginspirasi dan menggugah jiwa!

Ini dia lirik dan video klipnya!


Do you ever feel like a plastic bag
Drifting through the wind, wanting to start again?
Do you ever feel, feel so paper thin
Like a house of cards, one blow from caving in?

Do you ever feel already buried deep?
Six feet under screams but no one seems to hear a thing
Do you know that there's still a chance for you
'Cause there's a spark in you?

You just gotta ignite the light and let it shine
Just own the night like the 4th of July

'Cause baby, you're a firework
Come on, show 'em what you're worth
Make 'em go "oh, oh, oh"
As you shoot across the sky-y-y

Baby, you're a firework
Come on, let your colors burst
Make 'em go "oh, oh, oh"
You're gonna leave 'em all in awe, awe, awe

You don't have to feel like a waste of space
You're original, cannot be replaced
If you only knew what the future holds
After a hurricane comes a rainbow

Maybe you're reason why all the doors are closed
So you could open one that leads you to the perfect road
Like a lightning bolt, your heart will blow
And when it's time, you'll know

You just gotta ignite the light and let it shine
Just own the night like the 4th of July

'Cause baby you're a firework
Come on, show 'em what you're worth
Make 'em go "oh, oh, oh"
As you shoot across the sky-y-y

Baby, you're a firework
Come on, let your colors burst
Make 'em go "oh, oh, oh"
You're gonna leave 'em all in awe, awe, awe

Boom, boom, boom
Even brighter than the moon, moon, moon
It's always been inside of you, you, you
And now it's time to let it through

'Cause baby you're a firework
Come on, show 'em what you're worth
Make 'em go "oh, oh, oh"
As you shoot across the sky-y-y

Baby, you're a firework
Come on, let your colors burst
Make 'em go "oh, oh, oh"
You're gonna leave 'em all in awe, awe, awe

Boom, boom, boom
Even brighter than the moon, moon, moon
Boom, boom, boom
Even brighter than the moon, moon, moon

Selasa, 19 April 2011

Kemiri

Selama ini kenal Kemiri hanya dalam bentuk yang sudah siap pakai. Biasanya saya bertemu dengan Kemiri di dapur atau di warung. Saya baru tau pohon kemiri, biji kemiri dan segudang arti penting Kemiri bagi kehidupan masyarakat di Wonosalam bulan lalu pada saat saya melakukan perjalanan yang luar biasa keliling Jatim.

Liat-liat bibit Kemiri di halaman rumahnya Pak Wagisan, Kepala Dusun disana
Jalan jalan sambil denger cerita dari Pak Wagisan
Ini dia pohon Kemiri
Ternyata biji Kemiri tuh besar ya
Sebenernya biji Kemiri itu berpasangan, kata Mas Amir
Ayo cari lagi biji Kemiri yang udah jatuh
Menjadi pencari Kemiri

Jumat, 08 April 2011

Sekolah Lokal dan Kontekstual



MAN Faser
 

Sekolahnya berada di Wonosalam, sebuah desa yang berada di daerah yang lumayan tinggi dengan suhu udara yang dingin dan segar, suasana yang masih desa sekali, masih ada hutan, masih banyak burung dengan jenis yang beragam. Yang paling menarik adalah di desa ini terdapat banyak sekali mata air yang menghidupi banyak keluarga di banyak desa, termasuk nantinya mengalir ke kali Brantas. 

Jika anak sekolah pada umumnya belajar mengenal hewan dan tumbuhan melalui buku dan internet atau ke kebun binatang, anak anak yang sekolah di MAN Faser belajar mengenal keanekaragaman hayati hutan tropis, termasuk hewan dan tumbuhannya di hutan alami langsung yang berada di belakang sekolah mereka! Betapa beruntungnya mereka! Saya berkali-kali menyampaikan kepada mereka bahwa mereka sangat beruntung memiliki hutan alami seluas 6 ha di belakang sekolah dengan 2 mata air di dalamnya. Saya sampaikan berkali-kali karena saya sangat kagum, takjub dan tidak ada hal lain yang sanggup diucapkan selain “Anak MAN Faser beruntung dan patut bersyukur punya hutan alami di belakang sekolah sebagai tempat belajar”. Yap, saya memang bertemu mereka di hutan alami tersebut (tepatnya tanggal 19 Maret 2011). Sewaktu berbincang dengan mereka pun sempat ada monyet ekor panjang yang lewat di hadapan kami. 

Anak-anak MAN Faser mengenal beberapa tumbuhan dan hewan yang ada di hutan alami tersebut. Istilah “tak kenal maka tak sayang” memang sesuai dengan apa yang dilakukan anak-anak ini. Mulai dari mengenal hingga akhirnya mereka mengembangkan inisiatif untuk melindungi mata air di hutan alami ini.  

SMANDRY

SMAN 1 Driyorejo terletak di pinggir kota Gresik, dekat dengan sawah, pabrik dan kali Brantas bagian hilir. Di daerah ini banyak sekali pabrik. Hilang sudah keunikan suasana desa karena banyaknya pabrik dan kendaraan truk tronton pembawa kontainer besar yang banyak berlalu-lalang di sepanjang jalan. Sungguh suasana yang sangat tidak enak. Suasana ini saya alami pada 12 Januari 2011.

Ciri khas sekolah ini adalah pertanian organik. Sekolah ini masih punya banyak lahan yang bisa ditanami. Bukan hanya sekedar menanam tanaman organik, Dharma, salah seorang siswa disini yang juga Ashoka Young Changemakers, berinisiatif mengolah hasil panennya menjadi jajanan sehat. Layaknya kantin sekolah pada umumnya, di sekolah ini juga banyak dijual jajanan kemasan dengan berbagai zat aditif. Dharma yang peduli akan kesehatan telah berhasil mengembangkan produk jajanan sehat berbahan dasar singkong dll yang didapat dari kebun di sekolahnya. Ia sudah menjualnya ke teman-teman dari kelas ke kelas. Tidak hanya itu, sekolah ini juga sekarang sedang membangun kantin sehat dimana nantinya semua pedagangnya akan menjual makanan sehat dengan sebagian bahan baku berasal dari kebun sekolah.      

SMPN 2 Kebomas

SMPN 2 Kebomas berada di kota Gresik. Menurut info dari kepala sekolahnya, sekolah ini dibangun diatas tanah kapur yang mana dulunya berfungsi sebagai kuburan. Sulit sekali menanam tanaman di tanah kapur ini. Walaupun begitu, sekolah ini berhasil menghijaukan dirinya dengan berbagai tanaman. Sungguh upaya yang patut diapresiasi. 

Saya datang ke sekolah ini atas ajakan partners in crime saya, Mas Amir. Beliau harus datang karena pada saat itu SMPN 2 Kebomas sedang didatangi juri Adiwiyata dalam rangka verifikasi lapangan. Sebagai salah satu lembaga mitra, Mas Amir hadir sebagai perwakilan dari Ecoton dan Padepokan Wonosalam Lestari (secara Mas Amir kan direkturnya, hehe.. maaf ya mas disebut sebagai direktur PWL). Saya duduk manis dan mendengarkan presentasi yang disajikan.

Hal yang menarik bagi saya adalah bagian aksi nyata yang dilakukan oleh siswa-siswanya. Demam berdarah merupakan wabah yang sering terjadi di wilayah ini. Oleh karena itu, di sekolah ini ada tim siswa yang berperan untuk mengurangi angka kasus deman berdarah di wilayah ini. Ada beberapa tim yang dibentuk, tentunya dengan peran yang berbeda-beda. Saya lupa persisnya nama setiap tim tapi yang pasti, yang saya ingat ada tim yang bertugas memantau rumah warga khususnya bak mandi. Mereka mendatangi rumah-rumah warga dan melihat apakah ada jentik nyamuk demam berdarah di rumah warga tersebut. Tim yang lain ada yang berperan dalam mensosialisasikan mengenai demam berdarah, solusi 3M, dll.

Hal lain yang menarik lagi adalah kantin sekolahnya. Semua makanan yang dijual di kantin sudah pasti dijamin sehat! Selain ada kebijakan kepala sekolah, pihak sekolah juga bekerja sama dengan puskesmas setempat untuk memantau kantin ini. Sebulan sekali akan ada petugas puskesmas yang menilai dan menguji apakah makanan yang dijual sehat atau tidak. Yang membuat mata saya berbinar adalah harga jajanannya yang murah. Sayang waktu itu saya baru selesai makan siang sehingga tidak selera untuk icip-icip jajanan di kantin sehat ini. Lain waktu pasti icip-icip!

Satu hal lagi yang menarik di sekolah ini adalah ekskul radio, Bomaz radio. Saya waktu itu mendadak diundang untuk siaran. Sedikit menyalurkan kembali hasrat bercuap-cuap ria di udara sambil cerita sedikit tentang Young Changemakers. Walaupun radius jangkauan siarannya hanya 5 km dari sekolah, radio ini tetap keren dan pastinya mengasah skill siswa. Siswa-siswa ini juga mengembangkan program yang mendidik Sobat Bomaz (sapaan bagi pendengarnya) salah satunya adalah sosialisasi mengenai demam berdarah.


SMAN1WA

SMAN 1 Wringinanom terletak di pinggir kota Gresik. Saya belum pernah menginjakkan kaki di sekolah ini, hanya bertemu dengan siswa-siswanya yang ajaib. Sekolah ini berada di kecamatan Wringinanom dan dekat juga dengan kali Brantas. Hingga saat ini sudah ada 3 Ashoka Young Changemakers yang berasal dari sekolah ini dan masih akan ada terus di tahun-tahun berikutnya.

Entah bagaimana cerita awal mulanya, yang pasti siswa-siswa di sekolah ini memiliki kepedulian yang sangat amat besar terhadap kelestarian kali Brantas. Setiap siswanya memiliki initiative sosial untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di kali Brantas dan bantarannya. Dulu ada Sumarlina, Ashoka Young Changemakers 2009 yang mengembangkan gagasan Sensus Serangga Air, metode monitoring kualitas air sungai yang sangat sederhana yang sukses menjadikan setiap orang pemantau kualitas air kali Brantas. Ada juga Mega, Ashoka Young Changemakers 2009, yang mengembangkan Hutan Tani Bantaran, mengajak masyarakat untuk memanfaatkan daerah bantaran sebagai lahan pertanian sambil menanam tanaman keras (pohon) daripada menjadikannya sebagai lahan membangun rumah. Ada Kokom, Ashoka Young Changemakers 2009, yang mengembangkan Carbon Bank. Dan masih banyak lagi siswa SMAN1WA yang akan menyusul menjadi Ashoka Young Changemakers. Saya rasa, hal ini terbangun berkat upaya Pak Syam mengembangkan model EES di sekolah ini.    

Rabu, 23 Maret 2011

Malang, So Cool..

16 Maret 2011

Agenda hari ini adalah bertemu dengan Pak Peter dari Ma Chung University untuk diskusi tentang memasukkan konten social entrepreneurship ke dalam kurikulum entrepreneurship. Selebihnya tidak ada agenda lain.

Pagi-pagi saya berangkat ke Malang bersama Mba Riska (Ecoton), kebetulan Mba Riska berencana ke kantor Perusahaan Jasa Tirta Malang. Dari kantor Ecoton, kami diantar Mas Amir ke tempat pemberhentian bis. Yang menarik di awal perjalanan ini adalah pengalaman pertama saya menyebrang kali Brantas menggunakan 'ferry' (kapal kayu kecil). Cukup deg-degan juga karena saya belum pernah menyebrang kali menggunakan perahu kayu sambil berdiri dan tidak pakai pelampung. Ini memang pengalaman yang membuat saya benar-benar merasakan berdetaknya jantung. Namun, bagi warga disini, hal ini sudah menjadi hal yang biasa.

Perjalanan dilanjut menggunakan bis menuju Terminal Bungurasih. Bis yang kami naiki berasal dari terminal di Jogja. Karena bis penuh akhirnya saya duduk di depan di samping 'kenek'. Keneknya baik, saya diajak ngobrol. Tiba di Terminal Bungurasih kami langsung mencari bis menuju Malang. Perjalanannya lumayan, sekitar 2 jam. Di perjalanan Mba Riska bertanya, "Dari terminal ke Ma Chung mau naik angkot apa?" Saya jawab, "Waktu itu naik angkot yang biru Mba." Mba Riska langsung bilang kalau di Malang angkotnya warna biru semua. Ups.. Di Bandung, saya terbiasa menghapal angkot berdasarkan warna dan ternyata itu tidak berhasil di Malang. Di Malang, angkot dibedakan berdasarkan inisialnya, misalnya ABG, AG, AT, dsb. Sungguh pengetahuan baru yang sangat berharga dan patut diingat! Setelah bertanya pada teman, akhirnya terjawab sudah bahwa menuju Ma Chung menggunakan angkot AT.

Diskusi dengan Pak Peter cukup seru. Mata saya terus berbinar membayangkan serunya proses perkuliahan kelas entrepreneurship. Dalam diskusi ini saya ditemani Ona, Ashoka Young Changemakers 2010. Ona memfasilitasi perempuan miskin untuk mengembangkan social enterprise di Situbondo dan Trenggalek. Ona dan tim mengorganisir dan melatih perempuan agar bisa memproduksi produk-produk kebutuhan rumah tangga seperti sabun cuci piring. Setelah bisa berproduksi, Ona memfasilitasi kelompok perempuan ini mengembangkan social enterprise. Ona berharap para perempuan ini bisa mandiri secara ekonomi dan memiliki kekuatan di masyarakat.

Setelah sedikit bershooting ria membuat video profil bersama Ona, saya meluncur ke Toko Oen. Toko yang sudah lama saya idam-idamkan. Jujur, ketika melihat menu, saya langsung bingung. Apa yang yang harus saya pilih? Untungnya saya sudah memfollow @PakBondan dan segera minta rekomendasi dan rekomendasinya adalah Peach Melba (es grim).