Jumat, 08 April 2011

Sekolah Lokal dan Kontekstual



MAN Faser
 

Sekolahnya berada di Wonosalam, sebuah desa yang berada di daerah yang lumayan tinggi dengan suhu udara yang dingin dan segar, suasana yang masih desa sekali, masih ada hutan, masih banyak burung dengan jenis yang beragam. Yang paling menarik adalah di desa ini terdapat banyak sekali mata air yang menghidupi banyak keluarga di banyak desa, termasuk nantinya mengalir ke kali Brantas. 

Jika anak sekolah pada umumnya belajar mengenal hewan dan tumbuhan melalui buku dan internet atau ke kebun binatang, anak anak yang sekolah di MAN Faser belajar mengenal keanekaragaman hayati hutan tropis, termasuk hewan dan tumbuhannya di hutan alami langsung yang berada di belakang sekolah mereka! Betapa beruntungnya mereka! Saya berkali-kali menyampaikan kepada mereka bahwa mereka sangat beruntung memiliki hutan alami seluas 6 ha di belakang sekolah dengan 2 mata air di dalamnya. Saya sampaikan berkali-kali karena saya sangat kagum, takjub dan tidak ada hal lain yang sanggup diucapkan selain “Anak MAN Faser beruntung dan patut bersyukur punya hutan alami di belakang sekolah sebagai tempat belajar”. Yap, saya memang bertemu mereka di hutan alami tersebut (tepatnya tanggal 19 Maret 2011). Sewaktu berbincang dengan mereka pun sempat ada monyet ekor panjang yang lewat di hadapan kami. 

Anak-anak MAN Faser mengenal beberapa tumbuhan dan hewan yang ada di hutan alami tersebut. Istilah “tak kenal maka tak sayang” memang sesuai dengan apa yang dilakukan anak-anak ini. Mulai dari mengenal hingga akhirnya mereka mengembangkan inisiatif untuk melindungi mata air di hutan alami ini.  

SMANDRY

SMAN 1 Driyorejo terletak di pinggir kota Gresik, dekat dengan sawah, pabrik dan kali Brantas bagian hilir. Di daerah ini banyak sekali pabrik. Hilang sudah keunikan suasana desa karena banyaknya pabrik dan kendaraan truk tronton pembawa kontainer besar yang banyak berlalu-lalang di sepanjang jalan. Sungguh suasana yang sangat tidak enak. Suasana ini saya alami pada 12 Januari 2011.

Ciri khas sekolah ini adalah pertanian organik. Sekolah ini masih punya banyak lahan yang bisa ditanami. Bukan hanya sekedar menanam tanaman organik, Dharma, salah seorang siswa disini yang juga Ashoka Young Changemakers, berinisiatif mengolah hasil panennya menjadi jajanan sehat. Layaknya kantin sekolah pada umumnya, di sekolah ini juga banyak dijual jajanan kemasan dengan berbagai zat aditif. Dharma yang peduli akan kesehatan telah berhasil mengembangkan produk jajanan sehat berbahan dasar singkong dll yang didapat dari kebun di sekolahnya. Ia sudah menjualnya ke teman-teman dari kelas ke kelas. Tidak hanya itu, sekolah ini juga sekarang sedang membangun kantin sehat dimana nantinya semua pedagangnya akan menjual makanan sehat dengan sebagian bahan baku berasal dari kebun sekolah.      

SMPN 2 Kebomas

SMPN 2 Kebomas berada di kota Gresik. Menurut info dari kepala sekolahnya, sekolah ini dibangun diatas tanah kapur yang mana dulunya berfungsi sebagai kuburan. Sulit sekali menanam tanaman di tanah kapur ini. Walaupun begitu, sekolah ini berhasil menghijaukan dirinya dengan berbagai tanaman. Sungguh upaya yang patut diapresiasi. 

Saya datang ke sekolah ini atas ajakan partners in crime saya, Mas Amir. Beliau harus datang karena pada saat itu SMPN 2 Kebomas sedang didatangi juri Adiwiyata dalam rangka verifikasi lapangan. Sebagai salah satu lembaga mitra, Mas Amir hadir sebagai perwakilan dari Ecoton dan Padepokan Wonosalam Lestari (secara Mas Amir kan direkturnya, hehe.. maaf ya mas disebut sebagai direktur PWL). Saya duduk manis dan mendengarkan presentasi yang disajikan.

Hal yang menarik bagi saya adalah bagian aksi nyata yang dilakukan oleh siswa-siswanya. Demam berdarah merupakan wabah yang sering terjadi di wilayah ini. Oleh karena itu, di sekolah ini ada tim siswa yang berperan untuk mengurangi angka kasus deman berdarah di wilayah ini. Ada beberapa tim yang dibentuk, tentunya dengan peran yang berbeda-beda. Saya lupa persisnya nama setiap tim tapi yang pasti, yang saya ingat ada tim yang bertugas memantau rumah warga khususnya bak mandi. Mereka mendatangi rumah-rumah warga dan melihat apakah ada jentik nyamuk demam berdarah di rumah warga tersebut. Tim yang lain ada yang berperan dalam mensosialisasikan mengenai demam berdarah, solusi 3M, dll.

Hal lain yang menarik lagi adalah kantin sekolahnya. Semua makanan yang dijual di kantin sudah pasti dijamin sehat! Selain ada kebijakan kepala sekolah, pihak sekolah juga bekerja sama dengan puskesmas setempat untuk memantau kantin ini. Sebulan sekali akan ada petugas puskesmas yang menilai dan menguji apakah makanan yang dijual sehat atau tidak. Yang membuat mata saya berbinar adalah harga jajanannya yang murah. Sayang waktu itu saya baru selesai makan siang sehingga tidak selera untuk icip-icip jajanan di kantin sehat ini. Lain waktu pasti icip-icip!

Satu hal lagi yang menarik di sekolah ini adalah ekskul radio, Bomaz radio. Saya waktu itu mendadak diundang untuk siaran. Sedikit menyalurkan kembali hasrat bercuap-cuap ria di udara sambil cerita sedikit tentang Young Changemakers. Walaupun radius jangkauan siarannya hanya 5 km dari sekolah, radio ini tetap keren dan pastinya mengasah skill siswa. Siswa-siswa ini juga mengembangkan program yang mendidik Sobat Bomaz (sapaan bagi pendengarnya) salah satunya adalah sosialisasi mengenai demam berdarah.


SMAN1WA

SMAN 1 Wringinanom terletak di pinggir kota Gresik. Saya belum pernah menginjakkan kaki di sekolah ini, hanya bertemu dengan siswa-siswanya yang ajaib. Sekolah ini berada di kecamatan Wringinanom dan dekat juga dengan kali Brantas. Hingga saat ini sudah ada 3 Ashoka Young Changemakers yang berasal dari sekolah ini dan masih akan ada terus di tahun-tahun berikutnya.

Entah bagaimana cerita awal mulanya, yang pasti siswa-siswa di sekolah ini memiliki kepedulian yang sangat amat besar terhadap kelestarian kali Brantas. Setiap siswanya memiliki initiative sosial untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di kali Brantas dan bantarannya. Dulu ada Sumarlina, Ashoka Young Changemakers 2009 yang mengembangkan gagasan Sensus Serangga Air, metode monitoring kualitas air sungai yang sangat sederhana yang sukses menjadikan setiap orang pemantau kualitas air kali Brantas. Ada juga Mega, Ashoka Young Changemakers 2009, yang mengembangkan Hutan Tani Bantaran, mengajak masyarakat untuk memanfaatkan daerah bantaran sebagai lahan pertanian sambil menanam tanaman keras (pohon) daripada menjadikannya sebagai lahan membangun rumah. Ada Kokom, Ashoka Young Changemakers 2009, yang mengembangkan Carbon Bank. Dan masih banyak lagi siswa SMAN1WA yang akan menyusul menjadi Ashoka Young Changemakers. Saya rasa, hal ini terbangun berkat upaya Pak Syam mengembangkan model EES di sekolah ini.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar